Pacar (Percikan GADIS) - AngeLinuks

Sedang mencoba terus berbenah. Hope you enjoy it. :)

Latest Update
Fetching data...

Senin, 08 Oktober 2018

Pacar (Percikan GADIS)

Percikan lagi, udah lupa dimuat di GADIS edisi berapa, bahkan tahunnya pun lupa juga. Kayaknya 2012, atau 2013 ya. Ya ampun lama sekali itu. Udah bertahun-tahun berlalu T====T Mungkin karena nggak perlu pakai seragam dan sepatu setiap hari, atau karena udah nggak ada lagi ujian kenaikan kelas terus lulus-lulusan, waktu terasa demikian cepat melesat-lesat. :3

Btw, doain supaya bisa nulis fiksi (dan dimuat media) lagi ya aquuuu. Plizz kukangen kurindu berat. T====T


==============
PACAR
==============


Aku punya teman, yang katanya, tidak bisa hidup jika tidak punya pacar. Oleh karena itu ia sering sekali berganti-ganti pacar. Putus dengan Brian, jadian dengan Sebastian. Belum lama berselang, hubungannya dengan Sebastian putus dan temanku segera pacaran dengan Adam.

Ia nyaris tidak pernah lama-lama jomblo. Ketika kutanya kenapa, ia bilang demi citra. Menurutnya, seseorang yang kelamaan menyandang status jomblo itu mengenaskan.

“Kok kamu bisa sih enam belas tahun belum pernah pacaran sekalipun?” ia bertanya padaku sambil menyusut air matanya dengan tisu.

Ya ya, ini sudah kali ke sekian ribu Prisillia mengungkit statusku yang belum pernah punya pacar setiap ia berada di kondisi buruk.

Semalam ia baru putus dengan Adam. Aku belum tanya gara-gara apa. Yang jelas, temanku yang sangat cantik ini nampak patah hati habis-habisan.

“Pokoknya kalau sampai seminggu Adam nggak ngajak aku balikan, aku mau pacaran sama Singgih ajaaa ....” rajuk Prisillia.

Aku tersedak.

“Uhuk! Uhuk! Singgih?”

“Iyaaa,akhir-akhir ini dia suka deketin aku. Kan nggak papa ya aku jadian sama dia aja? Biar jelek, kan yang penting aku punya pacar...”

Aku tertegun.

“Kalilaaa...”Prisillia merengek lagi.

“Apa?”

“Kamu dengerin aku, kan? Pokoknya kalau sampai seminggu Adam nggak ngajak aku balikan aku mau pacaran sama Singgih ajaaa ....”

Aku menghela nafas.

Tidak tahu harus tertawa miris atau menangis saja.

***

Biar jelek, kan yang penting punya pacar.

Aku mengingat dengan jelas kalimat Prisillia seminggu yang lalu, dan menjadi pendiam sejak saat itu. Teringat lagi olehku obrolan dengan Singgih pada suatu waktu.

Aku dan Singgih sedang sama-sama menunggu jemputan pulang. Kalau tidak salah, kutanyakan padanya kenapa sepertinya aku tidak pernah melihat ia punya pacar. Bukankah punya pacar akan membuatnya keren?

“Ah, kamu ada-ada saja, La. Punya pacar atau jomblo itu kan bukan parameter keren atau tidaknya seseorang,” katanya sambil tersenyum geli.

Aku juga tersenyum. Jika nanti Prisillia kembali mengungkit kenapa aku tidak kunjung punya pacar, aku bisa mengingat kalimat itu untuk kujadikan motivasi.

“Hei, jalan kok sambil melamun, La?”

Aku terkejut dengan tepukan halus di pundakku. Kutemukan Singgih sedang tersenyum sopan sambil membenarkan letak kacamatanya. Aku tertegun. Beberapa detik kemudian aku balas tertawa lalu segera mempercepat jalanku menuju kelas. Terasa sekali sapaan singkat itu membuat mukaku memanas.

***

“Kalilaaaaa!”

Suara cempreng yang sangat manja itu milik Prisillia. Cewek itu memelukku berlebihan ketika aku baru saja duduk. Kulihat kedua matanya sembab. Semalaman ia pasti banyak menangis. Ini sudah lewat seminggu, apa penyebab sedihnya masih gara-gara Adam?

“Kenapa?”

“Singgih...Singgih....” ia terisak.

“Singgih? Kenapa Singgih?” Suaraku terdengar aneh dan jadi mirip mencicit.

“Singgih bilang dia nggak mau jadi pacarku. Katanya selama ini aku salah paham. Dia nggak pernah suka sama aku. Huhuhu… Aku maluuu....”

“Apa?!”

“Terus dia bilang, aku akan lebih menarik kalau nggak ganti-ganti pacar terus. Mana aku diceramahin, bukannya punya pacar itu nggak penting? Kata Singgih, gitu. Huhu. Aku maluuu...”
Aku akan terlihat sangat tidak berperasaan jika tertawa di depan Prisillia. Tapi sungguh, penyebab kepedihan dan patah hati Prisillia kali ini membuatku merasa begitu lega.***

Ninuk Anggasari


EmoticonEmoticon