Kenichi
Aku melihat senyum itu di
dalam mimpi. Setiap pagi. Setiap kubuka mata untuk kemudian kupejamkan kembali.
Aku selalu membawa senyum itu ke dalam hati.
“Selamat pagi, Kenichi.”
Kuketikkan pesan itu, lalu kukirimkan pada kontak bernama Kenichi.
Pesan tunda, tentu saja.
Karena nomor atas nama Kenichi itu bukan benar-benar nomor ponselnya. Aku sudah
merubah dua buah angka sehingga jika aku sedang rindu dan tidak bisa menahan
diri untuk mengirimkan pesan yang aneh-aneh padanya, pesan itu tak perlu benar-benar
sampai.
Aku tersenyum. Kupeluk bantal
empuk motif sapiku erat-erat. Mimpiku semalam manis sekali. Sungguh. Kalau saja
Mama mengizinkanku tak masuk sekolah hanya untuk tidur dan memimpikannya
seharian, aku akan melakukannya dengan senang hati. Tidur. Lalu bermimpi
berduaan dengannya jalan-jalan, tak mungkin pernah membuatku bosan.
*