Saya pernah jadi orang sok tahu. Mungkin sampai sekarang masih sering. Seolah saya lupa bahwa orang sok tahu tentu identik sekali dengan satu hal; menyebalkan. Ya kadang saya sadar sih kalo menyebalkan, tapi sering kelepasan gitu, gimana dong. :(
Saat masih lajang dulu pernah ada kawan yang tanya; "Kok rambut kamu bisa lurus gitu sih nggak mental-mental kayak punya aku?" Mental itu maksudnya ngetril gitu. Duh apa ya indonesianya. Pokoknya kalo rambut sering diiket atau keseringan kena helm kan biasanya mencuat tuh. Kami bilang itu mental namanya.
Dengan sangat sok tahu saya jawab sama dia; "Iya aku gak pernah iket rambut soalnya. Mandipun gak aku iket jadi digerai terus. Makanya nggak mental deh."
Entah beneran atau cuma pura-pura, kawan saya ini percaya. Sialnya, beberapa hari setelah sok ngajarin gitu, rambut saya tahu-tahu mental. Yhaaaa. Nggak diapa-apain mental sendiri. Kok ya malu-maluin.
Saat masih kuliah, di kampung kami banyak anjingnya. Yang paling sering dijadikan tongkrongan para anjing adalah gerbang sekolah yang berada tepat sebelum rumah saya. Lagi-lagi, seorang teman bertanya kenapa saya bisa begitu berani melewati anjing-anjing ini saat pulang malam. Apalagi saya hampir selalu pulang malam karena ya kuliahnya memang sampe malam. "Apa nggak pernah dikejar? Kok aku sering dikejar ya." Gitu katanya.
Sok tahu lagi, saya bilang sama dia; "Kalo lewat di deket anjing-anjing itu, kakiku tak naikin ke depan jadi mereka nggak pernah ngejar. Cobain wes kamu besok. Pasti nggak akan ngejar."
Besoknya saya pulang malam lagi. Santai, saya melajukan motor masuk gang. Begitu hampir melewati sekolah yang di gerbangnya sudah standby anjing-anjing besar itu, saya langsung menaikkan kaki. Setelah hampir dekat, alangkah kagetnya saya ketika tahu-tahu ada anjing yang menyalak. Saya kaget. Lebih kaget lagi karena anjing ini ternyata mengejar saya masih sambil menyalak nyaring "Guk! Guk! Guk!". Astaga saya langsung tancap gas dalam kondisi kaki naik ke depan sambil jerit-jerit; "BAPAAAKKKKK!!! BAPAAAKKKKKK!!!!" Motor yang harusnya beebelok ke halaman rumah, malah bablas saya lajukan lurus sejauh-jauhnya sampai si anjing berhenti mengejar. Karena rumah saya deketan sama teman yang saya sok ajarin itu, besoknya dia ngeledek; "Kamu kenapa kok semalem jerit-jerit? Dikejar anjing ya?" Du adu. Muka mau taruh di mana ini muka?
Mungkin itu yang namanya karma. Atau sekadar kemakan omongan sendiri. Atau kualat. Atau apapun lah namanya yang intinya si orang yang sok tahu dan sesumbar akan mengalami berkebalikan dengan apa yang dia sombongkan.
Ngomong; "Cepetan nikah kamu tu udah tua loh. Aku aja seumur kamu udah punya anak dua."
Kenyataan; beberapa tahun kemudian dia cerai.
Ngomong; "Nggak enak ya punya bayi gede di perut gitu, susah ngelahirinnya. Mending gede di luar aja kali."
Kenyataan; bayinya dia lahir 4.5kg
Ngomong; "Aku tu mau beli tanah aja, gak suka kredit-kredit. Ini lagi nabung biar nggak banyak hutang."
Kenyataan; sampe mati gak kebeli juga tanahnya.
Ngomong; "Kalo anaknya pingin gendut sehat tuh harus banyak-banyak dikasih protein hewani. Kasih buah. Kasih makanan bergizi. Ya kali anak-anak dikasih nasi sama kuah bening doang kapan gedenya?"
Kenyataan; anak sendiri gak mau makan meski udah dibeliin aneka macam makanan terus akhirnya jadi kurus.
Sounds familiar? Pernah dengar atau justru pernah mengalami sendiri? Iya. Kayak saya dong banyak pengalaman. Wq. :3
Sampai sekarang saya masih sering terbawa sok tahu. Kok ya nggak belajar gitu. Kok ya nggak waspada. Mungkin karena demikianlah ego manusia, begitu sadar dirinya punya kelebihan, langsung sesumbar seolah nggak ada yang bisa membolak-balik semua.
Sempat saya berpikir mungkinkah rasa tidak suka orang lain dapat berakibat buruk pada kita? Kan kalau kita suka ngomong sembarangan, suka sombong, suka sok tahu, orang-orang kan dengernya jadi kezel tuh. Mungkin bahkan mereka sampai nyumpahin jahat macam contohnya;
a. "Pamer banget sih mentang-mentang bisa beli rumah baru. Awas besok miskin dijual lagi."
b. "Dih cuma romantis gitu doang diomongin terus, diupload terus, kok ya kayak enggak bisa cerai."
c. "Punya anak sampe dibanggain segitunya, coba kalo besok nggak jadi masuk sekolah favorit jangan-jangan dia bakal nangis darah."
Nah sialnya, saat si orang a, b, c, beneran jadi miskin dan cerai dan anaknya cuma masuk sekolah biasa, kita akan dengan gampangnya menyebut mereka kena karma gara-gara sombong berlebihan.
Padahal ya siapa sih yang nyebelin? Orang yang ngegosip dan ngejudge macam-macam atau kita yang kelewat sombong sampe orang lain jadi kesel sih?
Yha... Iya. Keduanya. Sama-sama nyebelin.
Namun karena kita bukan avatar yang bisa mengendalikan angin air api dan udara maka yang bisa kita lakukan ya cuma mengendalikan diri sendiri aja. Semacam mati-matian mensugesti diri untuk; "Sssst, jangan sombooong." Dan atau; "Sssstttt jangan gosiiiip..."
Yang adalah sungguh bukan perbuatan mudah untuk tidak melakukan keduanyaaaa. Wkwk. Tapi ya bisa belajar sih. Meski sangat susah payah. Ya tapi bisa dicoba dulu kali ya.
Iya.
Dicoba dulu ya biar sifatnya nggak jelek terus yaaaa.